Sepasang Sepatu Tua

sepasang sepatu tua

Detail Buku

JudulSepasang Sepatu Tua
PengarangSapardi joko Damono
PenerbitGramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit2023
Tebal buku114 halaman
HargaRp.59.000

Deskripsi Singkat

Salah satu cerpen yang ada dalam buku kumpulan cerpen karya Sapardi Joko Damono dengan judul buku yang sama yaitu Sepasang Sepatu Tua. Dalam buku ini terdapat 19 cerita pendek. Saya akan menuliskan review kisah kesatu dari buku kumcer karya salah satu bapak puisi di Indonesia ini. Judul ceritanya adalah sepasang Sepatu tua. Memang tokoh utamanya adalah sepasang Sepatu.

Ada sebuah kalimat menarik dalam cerpen ini yaitu: Dan rupanya aku tidak berhak merasa kehilangan apapun, hanya berkewajiban menerima dan kalau bisa menyayangi.

Kalimat ini seakan memberi ringkasan pada keseluruhan cerita bahwa kita tidak bisa menggenggam sesuatu dalam hidup ini. Sebab segala yang ada dalam kehidupan pasti akan sampai pada kata pergi. Yaa datang dan pergi adalah sebuah keniscayaan. Tak perlu digenggam ikuti saja aliran jalannya.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan David R.Hawkin dalam bukunya Letting Go bahwa pelepasan melibatkan kesadaran atas sebuah perasaan, membiarkannya muncul ke permukaan, bertahan menghadapinya dan membiarkannya pergi dengan sendirinya tanpa keinginan untuk mengubah atau melakukan apapun terhadapnya. Kita bersama perasaan itu tanpa melibatkan pikiran. Perasaan yang tidak dilawan akan lenyap begitu saja begitu energi yang mendasarinya menguap.

Sosok aku dalam cerita pendek ini begitu mencintai sepatunya. Puluhan tahun menyertai perjalanan hidupnya. Puluhan tahun membersamai langkah-langkahnya. Kecintaannya pada sepasang sepatu yang dibelinya di China Town San Fransisco sudah sedemikian melebur hingga sosok aku ini bisa memahami sifat dan karakternya.

Unik memang kisah dalam cerita Sepasang Sepatu Tua ini begitu tidak biasa dan out of the box.

Review Buku

Sampul bukunya sederhana namun manis dan elegan. Perpaduan warna coklat dan biru. Senada dengan warna sepatu yang menjadi cover utama. Jumlah halaman yang tidak terlalu tebal bisa dihabiskan dalam satu kali duduk.

Gaya bahasanya sederhana hingga membuat pembaca nyaman membaca kalimat demi kalimat yang tersusun. Cerpen ini unik karena menjadikan benda-benda mati sebagai tokoh utama dan bisa berbicara seperti manusia. Tokoh aku yang memiliki sepatu tidak bisa memahami bahasa percakapan antara sepatu kanan dan sepatu kiri miliknya. Ceritanya mengalir ringan mengetengahkan keakraban, perdebatan bahkan pertikaian dan pertengkaran diantara keduanya. Sebuah kisah yang tidak biasa.

Sepasang Sepatu tua sangat bahagia karena dimiliki oleh tokoh aku yang begitu mencintainya. Namun sejalan bergulirnya waktu, mereka lambat laun dibenci oleh keluarga sang pemilik sepatu. Entahlah mengapa, mungkin mereka bosan karena sudah terlalu lama. Hal ini menyebabkan sepatu merasa sedih dan timbullah pertengkaran demi pertengkaran sebagai akibat dari kesedihan mereka merasa tidak dicintai. Meskipun tokoh Aku tetap mencintai sepenuh hati.

Sapardi Joko Damono tidak memberi nama pada tokoh aku si pemilik sepatu ini. Dia hanya menamakan si tokoh ini dengan sebutan orang pertama yaitu “Aku”.  Di akhir cerita mereka akhirnya dibuang oleh anggota keluarga si tokoh aku. Disinilah sebuah pelajaran berharga bisa kita ambil bahwa di dunia ini tidak ada yang selamanya.

Sebuah Cerita pendek yang menarik.

Recommended Articles

2 Comments

  1. SERU BANGET 🤩

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *